Saya siap Jelajah Pulau untuk menginspirasi anak-anak Gili Beleq & Gili Re
The best moment that we have as a volunteer

Selamat Pagi Lombok!

Sabtu pagi itu, 26 Maret 2016 langit pulau Lombok menyambut kami dengan cerah, secerah hati kami berempat saat menjejakkan di bumi Mataram. Saya, Ali, Steffi dan Stefanie memulai keseruan petualangan kami di pulau Lombok pagi itu dengan berfoto disekitar bandara dan setiap area yang kami lintasi menuju kota Mataram, seolah ingin menegaskan bahwa kami relawan yang tergabung dalam Kelas Inspiras Lombok batch 3 telah bersiap dengan semangat yang menggebu untuk hadir menginspirasi anak-anak Gili Beleq dan Gili Re dimana kami ditempatkan oleh panitia.

Selamat datang di pulau Lombok, pose sejenak bersama pak supir, Ali, Stefanie & Steffi

Bergegas selepas menikmati makan siang ala khas Mataram yang menggugah selera (dan sejujurnya telah menggagalkan dietku heheh), kami menuju Fave hotel umtuk menyimpan barang-barang bawaan yang akan kami gunakan untuk mengajar juga beberapa sumbangan untuk SD Negeri Pemongkong 5 Gili Beleq
Makan siang dengan plecing kangkung khas Mataram yang menggoda
Ayam panggang Taliwang yang selalu ngangenin di lidah
Kamar tipe standar yang menyenangkan di Fave Hotel Mataram
Matahari mulai sedikit kurang bersahabat saat kami menuju aula gedung Museum Negeri Nusa Tenggara Barat untuk bersama-sama melaksanakan pembekalan sebelum jadwal keberangkatan ke pulau masing-masing.


Apa yang menarik kali ini di Kelas Inpirasi Lombok batch 3 ? Karena kali ini Kelas Inspirasi Lombok akan mengajak kami menjelajah 7 (tujuh) gili (Gili Beleq, Gili Asahan, Gili Maringkik, Gili Gede, Gili Trawangan, Gili Air dan Gili Meno) sebagai lokasi dimana nanti kami akan menginspirasi anak-anak pulau. 

Sejujurnya dari pengalaman sebelumnya bergabung dan menjadi bagian dari Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau (KIJP), Saya banyak belajar mengenal bahwa ada perbedaan dalam cara penanganan anak-anak pulau dan anak-anak yang terbiasa tinggal didaratan. Mungkin sebagai salah satu faktor seperti lokasi dimana mereka bermukim yaitu sebagai anak-anak pulau menjadikan mereka lebih keras dan berani dari anak-anak daratan. 

Kawan setia menjelajah pulau dan kota untuk menginspirasi
Bersama kak Tia dan kak Hain dari KIJP, sayangnya ngga bisa foto bareng kak Sonny & kak Wenny

Inilah yang kemudian membuatku tertarik dan bergabung bersama Kelas Inspirasi Lombok batch 3 ini untuk ikut menjelajah pulau seperti sebelumnya yang Saya lakukan bersama KIJP. Nah, ingin tahu cerita seru kami menjelajah gili ?? Hayoo simak terus cerita seru ini hingga akhir ya, agar kamu dapat gambaran bagaimana potret pendidikan anak-anak kita di pulau-pulau di Indonesia ^_^

kak Ali dengan lompatan belah bumi yang dasyat

Hari Briefing KIL #3

Siang itu relawan dari berbagai penjuru kota di Indonesia mulai berdatangan. Ada yang dari Batam, Makassar, Bali, Yogya, Jakarta, Kalimantan, Dompu, Aceh dan tentunya relawan yang berasal dari kota Mataram itu sendiri. Kemeriahan siang itu dipenuhi dengan kisah-kisah inspiratif dari para relawan yang sudah berkeliling Indonesia untuk menginspirasi anak-anak Indonesia. 

Duta, Gogon dan Surya sebagai bagian dari panitia yang memimpin jalannya acara briefing KIL #3

Foto bersama seluruh relawan KIL #3 sehabis pembekalan

Rasanya senang banget bisa berkenalan dengan para relawan hebat ini, bagaimana tidak mereka adalah segelintir anak-anak muda di Indonesia dengan berbagai macam profesi yang masih mau meluangkan waktunya untuk berbagi inspirasi diberbagai pulau dan pelosok tanah air.


Pasar Seni Sesela - Lombok Barat
Tak terasa sore menyapa ramah dan rasanya ke Lombok tanpa belanja cendera mata khas Lombok akan terasa kurang lengkap. Melaju dalam kehangatan cahaya matahari sore sehabis hujan rasanya nikmat sekali. Perlahan kubuka kaca jendela mobil yang kami tumpangi dan kubiarkan sesekali angin semilir nakal membelai lembut wajahku dan kemudian membuatku termenung sambil menatap hamparan padi menguning sepanjang perjalanan sore itu. Lagi-lagi Lombok selalu menggodaku untuk termenung dan ingin menulis banyak cerita tentangnya .. hahahah!

Gandrung Lombok - salah satu pusat oleh-oleh

Persiapan Materi Mengajar

Malam itu kembali ke Fave hotel, kami berlima (Oyie, Stefanie, Steffi, ali dan James) sepakat untuk mempersiapkan alat peraga berupa topi yang akan digunakan oleh anak-anak pada hari inspirasi di Gili Beleq.

kak Ali mencoba ukuran sebuah topi di kepala kak Ste
Kami berlima, mempersiapkan topi dengan semangat untuk anak-anak Gili beleq dan Re
Sejenak menikmati lobby Fave hotel
Beberapa alat peraga kami yang lain berupa paspor dan sebuah pigura kanvas berisi foto-foto relawan lengkap dengan profesinya sebagai kenang-kenangan untuk pihak sekolah, sebelumnya telah saya persiapkan dari Jakarta sehingga malam itu kami hanya mempersiapkan topi saja untuk anak-anak.

Mengapa kami menggunakan paspor ? sebab kali ini untuk sekolah satu atap SD Negeri Pemongkong 5 dan SMP Gili Beleq Jerowaru, kami menggunakan sistem "moving class" dimana setiap relawan pengajar akan menempati pos masing-masing, baik yang berada didalam kelas maupun diluar kelas atau dibawah pohon. Kemudian setiap anak masing-masing akan diperlengkapi dengan paspor yang akan diisi pesan-pesan oleh relawan sehabis mengajar dan dikembalikan kepada anak-anak ini setiap kali akan meninggalkan pos relawan.
Paspor untuk anak-anak Gili Beleq
Salah satu bagian isi paspor yang akan diisi pesan relawan yang bertugas
Peta atau rute perjalanan perpindahan kelas anak-anak Gili Beleq & Re

Hi Gili Beleq & Re, ... Kami Datang !

Minggu pagi 27 Maret 2016, relawan dengan pulau yang searah berkumpul di depan Museum Nusa Tenggara Barat untuk menuju lokasi tujuan inspirasi. Kali ini tim Gili Beleq akan berangkat bersama tim Gili maringkik, setelah semua relawan berkumpul kami pun akhirnya siap berangkat menuju dermaga penyeberangan dengan jarak tempuh kurang lebih 2 jam menggunakan mobil jenis elf.

Pose sejenak sebelum keberangkatan menuju dermaga
Perjalanan dengan bus selama kurang lebih dua jam tak terasa membawa kami menuju area penyeberangan ke pantai Pink dan nampaknya semua relawan sangat menikmati perjalanan tersebut dengan pulas tertidur. Tiba di dermaga penyeberangan, mata kami mulai dimanjakan dengan pesona menuju Gili yang mulai kental terasa diantara kerumunan kapal kecil dan indahnya awan yang berarak dilangit Gili siang itu.
Dermaga penyeberangan pantai Pink
Rombongan relawan Gili Beleq dan Gili Maringkik yang bersiap menyeberang
Rasanya tak sabar ingin segera tiba di tempat tujuan dan menikmati pesona keindahan birunya laut berpadu putihnya awan. Sambil menikmati perjalanan dengan kapal kecil ini, para relawan mulai bercanda riang. Sesekali mereka menikmati cipratan air laut dan saling melambai dengan kapal kecil di sebelah kami yang memuat relawan lainnya. Perahu kecil yang kami tumpangi saat itu memang hanya memuat penumpang terbatas antara 10 - 12 orang saja. itu sebabnya team kami pun harus terbagi dalam 2 (dua) buah perahu kecil.

Relawan bersiap menaiki perahu dengan jumlah yang terbatas
Buatku, semua Gili selalu menyimpan pesona keindahan yang selalu memukau setiap kali aku berkunjung. Mungkin hal ini juga yang selalu ingin membawaku kembali ke Gili untuk menikmati pesonanya dan menepis lelahku terhadap ibukota Jakarta.
Relawan Gili Beleq siap berlayar
Sementara itu beberapa kawan kami telah lebih dulu berangkat menuju lokasi penyeberangan untuk menyediakan tanaman manggrove sebagai rangkaian acara pembukaan kelas inspirasi kami hari itu. Rasanya hari itu tak ada yang berdiam diri, semua bergerak secara bersama-sama mempersiapkan rencana kegiatan kami di Gili Beleq.

Team yang membawa manggrove
kak Jun, kak Olip, kak Ishma, kak Mila, kak Fathul dan kak Ulul
kak Gogon team pembawa manggrove
Hari Inspirasi Tiba!

Hari yang ditunggu akhirnya tiba juga, suasana masih gelap saat para relawan yang muslim melakukah sholat berjamaah dan relawan yang lain mulai terlihat bersiap mengantri untuk mandi. Bahkan ketika perlahan namun pasti rona keemasan semburat diujung cakrawala, rasanya bibir ini keluh tak kuasa menahan rasa mengucap syukur betapa luar biasanya keagungan Tuhan yang telah membuat pagi indah ini untuk kami nikmati.

Sholat berjamaah oleh para relawan
Siluet relawan (kak Fathul) bersampan menandakan hari telah pagi
Selamat pagi Gili Beleq, Selamat pagi relawan KI Lombok!
Tak menunggu berapa lama saat pagi tiba, sampan yang akan membawa kami menyebrang menuju Gili Beleq telah bersiap, perlahan laju sampan membelah pagi dan upppsss,..! sampan tak dapat meneruskan perjalanan, semua relawan harus memulai paginya dengan berjalan diatas air sambil menikmati hangatnya mentari pagi.


Perahu odong-odong yang membawa kami pagi itu
nampak relawan yang melintasi air laut dan berusaha mencari jalan tanpa jeblos ke dalam lumpur
Saya mengamankan sekotak paspor yang akan digunakan anak-anak Gili untuk moving class
Tak mudah berjalan diatas lumpur pagi itu, perlahan namun pasti mencoba setapak demi setapak sambil mengamankan semua peralatan mengajar juga kamera kami masing-masing, akhirnya kami dapat bergerak maju hingga menuju daratan. Tak terlihat sedih dan marah pada raut wajah relawan, yang terdengar adalah tawa canda mereka seraya meneruskan perjalanan darat yang agak berbukit menuju sekolah satu atap. Pagi itu, Gili Beleq sudah memberikan kami sebuah inspirasi tentang makna perjuangan hidup. Sebuah pengalaman hidup yang mungkin takkan terulang dan pastinya takkan pernah kami lupakan.

kak Gogon, relawan videographer dengan sejumlah peralatan dokumentator
kak Syifa, relawan photographer menggotong sumbangan sapu dari 3M Indonesia
kak Risanti, relawan pengajar yang sedang berputar mencari jalan untuk tiba di daratan
kak Lily, relawan pengajar dengan sejumlah balon dan alat mewarnai
kak Pranatalia & kak Rahel, relawan pengajar dengan senyum cerah di pagi hari
kak Mila, relawan pengajar dengan dus berisi paspor
 
kak Ishma, relawan pengajar dengan pesawat kaedusnya
kak Ulul, relawan pengajar yg bertugas menggotong air minum

Ternyata kisah kami menyeberang pagi itu bukanlah sebuah kisah drama epic kami semata, sebab ternyata diseberang pulau didepan kami, nampak terlihat anak-anak Gili Re yang sedang berjuang membelah pagi menyisir air laut dengan semangat juang menuju sekolah untuk menuntut ilmu. Jika kami melakukanya hanya pagi itu, tidaklah demikian dengan anak-anak Gili Re. Mereka melakukannya setiap hari , menikmati hangatnya mentari pagi dengan membelah dinginnya air laut dipagi hari hanya untuk menuntut ilmu.

Nun jauh disana, nampak barisan anak-anak Gili Re yang menyeberangi lautan untuk berangkat ke sekolah
Tak terpikirkan bahaya ombak yang mengancam keselamatan anak-anak kecil ini
Sebuah potret pendidikan di pelosok tanah air kita yang mungkin tak pernah terpikirkan oleh segelintir orang-orang yang tinggal di kota besar, bahwa ada wilayah di tanah air ini yang masih tak terjangkau oleh transpotasi memadai untuk mencapai cita-cita mereka. Mereka hanya anak-anak kecil usia sekolah, tanpa dipandu orang tua setiap hari melintasi area laut ini dengan semangat yang tinggi untuk menerima pendidikan di sekolah mereka. Tak pernah terpikirkan oleh anak-anak kecil ini bahaya yang sewaktu-waktu mengintai mereka akan bahaya ombak besar, gelombang pasang yang bisa saja menerjang mereka.

Anak-anak SD dari Gili Re
Anak-anak SMP dari Gili Re
Setibanya didarat atau ditepi dermaga, satu persatu anak-anak Gili Re mulai memasang kaos kaki dan sepatu kemudian melanjutkan perjalanan menuju sekolah. Tak terlihat gurat kesedihan, yang ada hanya keceriaan dalam canda tawa kanak-kanak dan remaja. Bahkan ketika pagi itu saya dan rekan Gogon bertemu dengan serombongan anak-anak kelas satu SD dan mengajak mereka kembali ke tepi dermaga, anak-anak ini pun dengan riang gembira menemani kami kembali ke dermaga. Tak mudah untuk jarak yang agak jauh bagi seorang anak kelas satu SD, tetapi kenyataan yang kami temui pagi itu cukup membuat dada saya sesak melihat keceriaan anak-anak Gili Re dengan langkah kecil mereka berlari mengantar saya dan Gogon dan kemudian kembali ke sekolah.

Remaja putri ini sedang menggunakan sepatu sehabis menyeberang dari Gili Re ke Gili Beleq untuk bersekolah
Sarapan pagi seharga Rp. 1000,- sebelum memulai pelajaran

Pagi itu setelah semua anak-anak dan guru berkumpul, kami melakukan upacara bendera bersama. Sejujurnya upacara bendera ini sudah lama tidak dilaksanakan di sekolah satu atap ini tetapi untuk menyambut kedatangan relawan KI Lombok mereka mau mengadakan upacara bendera, maka tidak heran saat pelaksanaa upacara berlangsung ada beberapa bagian yang terlihat janggal dan tidak biasa dilakukan oleh anak-anak ini. Bagian ini pula yang akhirnya membuat kami merasa harus kembali ke sekolah ini, paling tidak untuk mengajarkan generasi ini tentang makna upacara bendera.

Upacara bendera di sekolah satu atap Gili Beleq Jerowaru
Sang Merah-Putih siap dikibarkan

Sebagian murid SD yang datang ke sekolah tanpa alas kaki

Sehabis upacara, acara perkenalan relawan pun berlangsung meriah. Penuh dengan yel-yel yang diajarkan oleh relawan kepada anak-anak ini sehingga mereka semua bersemangat sebelum memulai pengenalan profesi di pos relawan masing-masing.


Moving Class

Kali ini untuk Kelas Inspirasi Lombok di Gili Beleq, kami sepakat menggunakan sistem Moving Class. Sistem moving class ini sangat menyenangkan tidak hanya buat anak-anak di Gili Beleq & Re tetapi juga untuk para relawan pengajar, karena mereka dapat menghias ruangan mereka dengan kreatifitas masing-masing. Selain itu mereka tidak perlu berlari-lari berpindah kelas dengan menggotong alat peraga yang mereka miliki.

Pos CHALY

Lihat betapa gembiranya anak-anak SD Gili Beleq & Re di pos relawan CHALY (Icha/Risanti) yang berprofesi sebagai project koordinator Event organizer dan Lily yang berprofesi sebagai Desain Interior. Sebuah kolaborasi yang menarik karena kedua-duanya terbiasa dengan mempercantik sebuah ruangan pada sebuah acara. Anak-anak ini diajarkan bagaimana sebuah profesi sebagai seorang desainer interior dan pengolah acara mempercantik ruangan meskipun dengan keterbatasan bahan. Mulai dengan menggunakan balon sebagai media yang dibetuk bermacam-macam seperti lebah, ulat dll kemudian anak-anak diajarkan untuk menggambar pada balon tersebut, sampai pada melipat kertas kemudian melipatnya menjadi seperti kipas dan dibentuk sebagai kembang untuk penghias ruangan. Bendera-bendera berbentuk segitiga berasal dari karya anak-anak Gili dimana mereka diajarkan untuk menggambarkan cita-cita mereka pada bendera segitiga itu kemudian dirangkai berjajar dan juga digunakan sebagai penghias dinding ruangan.

Pos Lily (Design Interior) & Risanti (Project EO)


Pos ULISH

Lain lagi dengan pos kedua relawan yang diatas ini, pasangan suami-istri yang selalu terlihat kompak ini mengangkat tema tentang dunia pesawat. Berbekal sebuah pesawat yang terbuat dari kardus bekas, mereka mengajak anak-anak Gili Beleq & Re untuk memperkenalkan dunia aviasi dan dunia luar melalui profesi mereka berdua. Mengajarkan bagaimana sebuah profesi yang berperan cukup penting di dunia penerbangan yaitu sebagai navigator parking pesawat pada sebuah landasan tidaklah mudah, diperlukan kecakapan khusus dan peralatan safety yang harus digunakan. Begitu pula dengan kak Ishma yang mengajarkan tentang bagaimana profesi nya sebagai media atau jembatan untuk komunikasi dunia international. Kedua profesi menarik ini membawa angan terbang melayang setinggi pesawat kardus yang hendak mereka terbangkan.

Pos Ishma (Dosen Hub.International) & Ulul (Aviation Staff)

Pos LIALI

Dunia komunikasi, begitulah kedua pasangan relawan ini memperkenalkan profesi mereka. Kak Ali Murtado yang berprofesi sebagai seorang engineer disebuah perusahaan komunikasi dan kak Lia yang berprofesi sebagai seorang Humas dari sebuah Universitas membuat games yang seru untuk anak-anak Gili Beleq & Re. Group LIALI ini memperkenalkan alat komunikasi manual dari telepon dengan sambungan tali hingga video call dengan salah seorang kawan yang berada di Jerman. Bahkan kemudian berbekal beberapa telepon manual yang terbuat dari dua buah gelas plastik yang terhubung dengan seutas tali, anak-anak Gili Beleq & Re kemudian belajar melakukan komunikasi jarak jauh. Poin penting diperkenalkan dikelas ini bahwa dunia komunikasi begitu luas dan dunia ini siap menyambut mimpi-mimpi anak Gili untuk menjangkau dunia komunikasi, baik sebagi Humas maupun sebagai engineer dibidang tersebut. Akhirnya menutup kisah komunikasi kedua relawan ini, mereka mengajak anak-anak Gili dengan menanam Time Capsule yang berisi mimpi-mimpi besar anak-anak Gili dibawa pohon di depan sekolah. Artinya, suatu hari team komunikasi ini pasti kembali ke sekolah ini dan bersama anak-anak Gili mereka akan membuka time capsule itu.


Pos Pranatalia (Kabid Humas) & Ali (CRM Engineer)

Pos ANGFRI

Pengen belajar dandan dan jadi presenter, yuuukk kita tengok pos dibawah pohon rindang ini. Berbekal sebuah kotak kardus yang dibentuk seperti sebuah televisi dan boneka tangan, kak Anggie mulai berperan dengan cerita sebagai presenter. Jangan lupa sebelum memulai shooting, presenter harus didandanin terlebih dahulu agar wajah terlihat menarik saat di televisi. Adalah kak Fitri yang berprofesi sebagai guru sekaligus Make Up Artist yang hari itu mengajarkan cara merias wajah kepada anak-anak remaja SMP Gili Beleq & Re. Hari itu terlihat sekali wajah ceria anak-anak Gili, sebab mereka bisa belajar langsung bagaimana menjadi presenter dan berhadapan dengan kamera. Berbekal sebuah mikrofon mainan yang diberi logo salah satu stasiun televisi nasional dan sebuah alat bantu rekam atau shooting, anak-anak Gili ini kemudian mencobanya secara bergantian. Sementara itu, pelajaran bagaiman merias wajah dan berwain dengan warna membuat mereka senang sekali dan tak henti-hentinya memandang takjub pada wajah-wajah mereka. Mengakhiri kegiatan di pos ini, mereka kemudian mengikrarkan cita-citanya dengan melakukan stempel tapak tangan pada sebuah kain putih.

Pos Anggie (Reporter) & Fitri (MakeUp Artis)

Pos EKAJEM

Bagaimana rasanya ketika seorang guru berkolaborasi dengan seorang pustakawan ? Pasti seru banget ya, mereka berdua akan bercerita tentang banyak tentang dunia pendidikan dan kesenangan memperoleh ilmu melalui gemar membaca tentunya. Begitulah yang dilakukan oleh kak Ekaning dan kak James pada Kelas Inspirasi Lombok kali ini khususnya untuk para pelajar yang ada di Gili Beleq, Kec. Jerowaru, Lombok Timur.

Pos Ekaning (Guru) & James (Pustakawan)

Pos NUR-NUR

Bagaimana rasanya jika kedua orang yang sama-sama berprofesi dibidang kesehatan bertemu ? pasti banyak hal seru tentang dunia kesehatan akan dibahas dan diajarkan pada anak-anak Gili Beleq dan Re. Begitulah duo-Nur ini memulai kelas mereka. Berawal dari memperkenalkan profesi kesehatan mereka masing-masing dengan alat peraga kesehatan sesuai bidang, adalah kak Nur Suhadmi yang berprofesi sebagai perawat gigi di Dompu yang kemudian mulai mengajarkan tentang merawat gigi agar sehat, juga cara menggosok gigi yang benar kepada anak-anak ini. Kemudian dilanjutkan kak Nur Anisah yang berprofesi sebagai dokter di Jakarta yang kemudian dengan menggunakan stetoskop lalu mengajarkan bagaiman seorang dokter memeriksa pasien dan anak-anak ini kemudian diajak mempraktekkan profesi tersebut. Keseruan kelas ini makin bertambah terlebih saat duo-Nur ini kemudian mengajak anak-anak bernyanyi melalui gerak dan lagu tentang kesehatan.

Pos Nur Suhadmi (Perawat Gigi) & Nur Anisah(Dokter)
Pos MILARDY

Jika dua orang yang kesehariannya bergelut dengan bidang keuangan bertemu pasti terasa seru. Ingin lihat buktinya ? Pagi itu saat kami tiba disekolah dan setiap relawan mulai menggunakan seragam profesinya, ada hal menarik di pos kedua relawan ini sebab tanpa mereka sadari keduanya menggunakan seragam jas kerja yang hampir sama warna dan bentuknya, padahal mereka berasal dari dua kota berbeda dan profesi yang berbeda. Adalah kak Mila yang berasal dari Malang, Jawa Timur dan berprofesi sebagai Credit Analys dan kak Ardhy yang bersala dari Denpasar, Bali dan berprofesi sebagai akuntan pada Duty Free shop, sama sekali berbeda bukan.. ? tetapi kesungguhan dan rasa sehati kedua orang ini yang membawa mereka menjadi sangat kompak. Berbekal materi mengajar berupa uang-uangan kertas, mesin atm terbuat dari kardus dan sebuah alat bantu permainan ular tangga yang berisi pesan-pesan motivasi buat anak-anak Gili, Mila dan Ardhy kemudian memulai kelas mereka dengan berbagai keseruan games didalamnnya.

Mila (kary Bank) & Ardy (Finance)

Pos STE-STEFFI

Ketika dua orang yang sama-sama bergelut di dunia pendidikan sebagai dosen bertemu dalam satu kelas dan berkolaborasi, tentu suasana proses belajar mengajar akan terasa berbeda. Serunya lagi anak-anak Gili Beleg diajak berinteraksi secara langsung untuk menulis cita-cita mereka dan ditunjukkan berbagai macam profesi dalam bentuk kartu AR 4Dimensi dengan bantuan kartu dan aplikasi dalam telepon selular. Rasanya suasana siang itu membawa pencerahan baru bagi wawasan anak-anak Gili Beleq di kelas kedua ibu dosen cantik ini.

Ste (dosen) & Steffi (dosen)

Pos OYLIP

Ini adalah pos terakhir sekaligus pos bajakan yang diisi dadakan oleh saya dan Olip yang semula bertugas menjadi fotografer, namun karena ada sepasang rekan relawan di pos ini berhalangan untuk hadir, maka kami berdua bertugas mengisi kekosongan pos tersebut. Sejujurnya kami berdua mencoba berbagi cerita profesi kami tanpa alat peraga dan yang menarik adalah ternyata kami memiliki banyak kesamaan baik nama dan juga beberapa profesi ganda yang kami miliki dan tentunya, kami sama-sama photographer.. hahahah seruuu yaaa !!

Oyie (Konsultan HKI-Photographer) & Olip (Mahasiswi-Photographer)

Semula pos kami berada dalam kelas, namun mengingat kami berdua tidak memiliki alat peraga jadi kami sepakat memindahkan pos kami ke bawah sebuah pohon rindang di depan sekolah. Kami kemudian mulai memperkenalkan tentang dua penggalan kata "Generasi Jujur" yang kemudian saya kembangkan dengan menyampaikan sebuah pesan sederhana dalam sebuah lagu "BERANI JUJUR HEBAT" dan tak terasa air mata ini pun mengalir saat akan berkata bahwa, "ANAK PULAU JUGA BISA PUNYA MIMPI BESAR !!!




Hari itu dada saya terasa sesak, mata terasa panas dan lidah terasa keluh. Betapa tidak tatapan mata mereka yang haus akan informasi, sarana penunjang pendidikan, tenaga guru yang cukup, rasanya semua ini seperti menohok dada. Berapa banyak anak-anak kita yang malas bersekolah hanya karena hujan gerimis tiba dan jalanan sedikit berbecek sehingga malas keluar rumah menuju sekolah. Dimata anak-anak ini, mereka hanya mengenal ke sekolah setiap pagi meski harus menyeberangi lautan.

Matahari terik siang itu dan rasanya malu jika kami harus mengeluh, walaupun peluh mulai bercucuran membasahi sekujur  tubuh kami dan rasanya sunblock tidak lagi mempan. Senyum ceria jelas terlihat diwajah setiap relawan, baik yang menempati pos didalam kelas maupun pos yang berada diluar kelas dan rasanya setiap relawan sangat menikmati hari inspirasi yang singat itu.




Closing acara di dermaga

Tak terasa hari makin siang dan saatnya untuk menutup acara hari inspirasi kami saat itu. Beberapa anak kelas satu beberapa kali meneriakkan kata kepada kakak relawan Stefanie & Steffie, "lapaahh.. Melen ke Uleq" yang artinya lapaarr, pengen pulang...! hahahah... namun berhubung kami tidak menguasai bahasa daerah setempat, maka teriakan itu hilang ditelan sorak-sorai semangat anak-anak lain.

Closing acara di dermaga

Sekali lagi dada ini terasa sesak, bukan karena ikut berlari bersama anak-anak Gili Re yang hendak balik ke pulau mereka tetapi karena sebuah perkataan yang menohok dada ini saat saya bertanya, "dijemput jam berapa ama orang tua kalian ?  Sebuah jawaban sederhana mengalir spontan dari bibir mungil seorang anak kelas satu," kami menanti disini saja sampai ada yang ingat atau kasihan untuk menjemput kami untuk menyeberangi laut".



Siang itu jam mulai menujukkan pukul setengah dua siang dan perut saya juga mulai keroncongan, namun anak-anak Gili Re tetap menikmati sebuah penantian diujung dermaga kecil hingga jemputan itu tiba. Sejenak tersadar bahwa cintaku terpaut diantara kedua pulau ini, dan sebait doa terselip ijinkankami kembali dengan harapan dan asa yang lebih baik untuk kalian bersama sebuah perahu untuk moda transportasi kalian pergi dan pulang sekolah. Amin.



Saat Cinta Terpaut diantara gili Beleq & Re


Mengenalmu dalam sentuhan angin semilir di Gili Re
membuatku tersadar aku berpijak di negeri tercinta Indonesia

Merenung aku pada sebuah perahu tentang harapan dan asa
yang melintasi luasnya laut birunya langit diantara keindahan Gili
sekali lagi aku tersadar bahwa pijakan ini adalah negeri tercinta Indonesia!

Anganku terbang melayang pada sebuah asa 
yang ingin kubagi dengan keceriaan dan semangat anak Gili 
yang membuatku malu saat harus menyerah pada sebuah tantangan yang tak seberapa.

Darimu kutemukan sebuah inspirasi tentang menggapai sebuah asa dan harapan
yang membentang melintasi laut antara Gili Beleq dan Gili Re
dan aku untukmu ingin terus berbagi harapan dan asa tentang sebuah masa depan.

Jangan pernah lelah meraih mimpi itu nak,..
dan jangan lupa penggalan yang kutitipkan untukmu,
Bahwa anak pulau juga bisa punya mimpi besar !!

Gili Beleq, 28 Maret 2016

Kami pasti kembali untuk Gili Beleq & Gili Re

TESTIMONI RELAWAN KELAS INSPIRASI LOMBOK #3 - GILI BELEQ

Rasanya tak mengetahui testimoni para relawan ketjeh ini tentu ada yang kurang dalam perjalanan kelas inspirasi hari itu. Itu sebabnya yuukk, kita simak apa kata mereka tentang perjalanan seru inspirasi ini.


Ekaning Puji Rahayu Benawi

KI Lombok 7 Gili ini merupakan pengalaman pertamanya dalam kelas inspirasi. Berikut testimoni relawan pengajar yang berprofesi sebagai seorang pendidik di Sekolah Gandhi Memorial (GMIS), Denpasar, Bali.

Photo credit : Fathul

Tetap semangat belajar meskipun keadaan sekitar tidak mendukung, adalah inspirasi istimewa yang saya dapatkan ketika mengikuti KIL 3#7gili.
Potret kehidupan anak-anak pulau yang sederhana dan tidak mudah menyerah sungguh kontras dengan kehidupan sehari-hari saya sebagai pengajar di salah satu sekolah internasional di Bali.  Fasilitas pembelajaran yang seadanya, sosok anak pulau tak bersepatu, kegigihan menyebrangi lautan tuk bersekolah merupakan realita hidup nyata anak-anak sekolah Gili Re dan Gili Beleq, Lombok Timur. 

Photo credit : Gogon

Meskipun perjumpaan dengan siswa SD 5 Pemongkong dan SMP 8 Satap Gili Beleq cukup singkat, namun hal ini membekas dijiwa saya. Mengispirasi menjadi seorang pendidik yang berkompeten dalam keilmuwan, berwawasan global serta memiliki akhlak yang baik beberapa hal yang saya bagikan untuk mereka. 


Photo credit : Gogon


Buat saya, 28 Maret 2013 menjadi perjumpaan manis yang terukir indah dalam timeline hidup saya. Kini tak lagi sama memaknainya karena ada jutaan anak Indonesia yang harus diinspirasi untuk jadi generasi tangguh Indonesia.

Photo credit : Fathul


Stefanie

Kaka Ste, begitu biasa kami memanggilnya sebagai panggilan sayang. Berprofesi sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Jakarta dan paling senang foto selfie, apa kata kaka Ste tentang pengalaman inspirasi ini ?

Photo credit : Fathul

KIL 3 merupakan pengalaman baru dan sangat berkesan bagi saya. Saya banyak bertemu dengan relawan-relawan lainnya yang luar biasa dan sangat peduli terhadap misi sosial kemajuan bangsa Indonesia. 

Photo credit : Gogon
Di sini, saya mendapatkan banyak pelajaran yang berharga bagi diri saya, di mana dalam realisasi yang nyata saya dapat turun langsung melihat potret pendidikan di pulau terpencil sekitar Lombok, khususnya Gili Beleq dan Gili Re. Saya banyak belajar mengenai kehidupan anak-anak di sana, perjuangan mereka untuk dapat tetap sekolah, serta semangat dalam mewujudkan harapan dan cita-cita yang mereka miliki. 
Photo credit : Syifa
Mereka semua memiliki potensi sebagai generasi penerus bangsa yang hebat. Melalui mereka, saya banyak diajarkan melalui mengajar. Saya terinspirasi dari menginspirasi. 

Photo credit : Fathul
Risanti Saidi

Hi kakak Icha ..! maka ia akan menoleh dan tersenyum manis menyapamu kembali. Yuk simak cerita pendek kak Icha tentang kelas inspirasi Lombok kali ini.

Saya seorang sekertaris di sebuah perusahaan periklanan di Jakarta yang dalam keseharian tugas saya juga sebagai brand/project coordinator, personal assistant dan sekaligus administrator. Sejujurnya saya tidak pernah punya pengalaman untuk mengajar dan tidak tahu bagaimana harus mengajar. Namun karena keinginan saya untuk berbagi dan menginspirasi hal itu bisa di atasi dan mengalir begitu saja. Semua berjalan dengan baik dan lancar walau jauh dari kata sempurna.


Photo credit : Risanti


KIL #3 adalah KI kedua yang saya ikuti setelah KI Selayar Kepulauan Takabonerate. Sejak KI pertama saya, saya bertekad akan mengikuti KI di kepulauan yang ada di Nusantara ini.  Setiap KI selalu membuat saya menemukan hal baru. Hal yang bisa menginspirasi saya untuk terus berbagi. KI bagi saya merupakan “mata air” sumber kehidupan untuk saling menginspirasi bukan hanya satu arah saja, juga bukan saya yang menginspirasi tetapi saya juga ikut terinspirasi baik dari sesama rekan relawan maupun dari adik-adik dan daerah yang saya kunjungi.

Photo credit : Gogon

Saya terharu ternyata masih banyak generasi muda yang peduli dengan dunia pendidikan. Ini terbukti dengan makin banyaknya pemuda-pemudi bangsa yang antusias untuk menjadi relawan KI. 

Teruslah menyala, teruslah menyiram asa.. Marilah bersama kita bangun mimpi anak Indonesia.. Karena bersama kita bisa tunaikan janji kemerdekaan untuk terus mencerdaskan kehidupan bangsa.

Photo credit : Gogon

TridiasSoja Anggraini


Berprofesi sebagai News reporter disalah satu televisi nasional dan melihatnya masih bisa meluangkan waktu untuk ikut menginspirasi anak-anak Gili Beleq adalah sebuah kebangaan tersendiri. Kami biasa memanggilnya dengan panggilan sayang kaka Enjie. Simak testimoni berikut ini jika ingin tahu dan mengenal lebih jauhnya tentangnya.
 
Photo credit : Gogon
Kelas inspirasi Lombok kali ini adalah kelas Inspirasi ke-9 bagiku, tentu semangat tidak pernah pudar bertemu dengan wajah paling jujur di dunia, anak-anak. Melihat perjuangan mereka dalam bersekolah menjadi kekagumanku akan  semangat anak pulau dalam mengenyam di dunia pendidikan. Serba keterbatasan, tidak menyurutkan akan pendidikan demi cita-cita. 
Photo credit : Fahtul
Bukan salah siapa, akan keterbatasan ini. Namun menjadi PR bagi kita untuk tetap menjaga akan cita-cita dan mimpi-mimpinya, akan hidup yang lebih baik.
Photo credit : Fathul
Steffi Adam

Menjadi Relawan di KIL #3 Menjelajah Pulau adalah pembelajaran sarat makna. Menginspirasi dan Terinspirasi dalam satu momen. Menginspirasi ketika saya menjelaskan profesi sebagai Dosen dan adik-adiknya antusias mendengarkan. Bukan hanya mendengarkan, mereka juga langsung mengambil peran dalam proses pembelajaran tersebut. Mereka memerankan diri menjadi Dosen yang mengajarkan bahasa Sasak kepada saya dan Kak Ste, relawan yang menjadi pasangan saya untuk mengajar. Masing-masing mereka juga mencoba mengetik nama masing-masing di laptop saya. Antusias mereka juga terlihat ketika mereka belajar mengenal banyak profesi dengan bantuan kartu AR 4D.
 
Photo credit : Fathul
Terinspirasi ketika mengetahui perjuangan mereka untuk sekolah, menimba ilmu dalam segala keterbatasan yang ada. Kali ini, sebagai relawan saya juga sempat merasakan perjuangan berjalan kaki sekitar 100M dari tengah laut menuju ke Gili Beleq. Hal ini dikarenakan air laut yang surut dan Odong-odong yang mengantarkan relawan tidak bisa merapat sampai ke pantai. Pengalaman yang benar-benar tak terlupakan.
 
Photo credit : Syifa
Terinspirasi ketika melihat Rasa Ingin Tahu mereka yang besar tetap terbalut dalam kesantunan dan norma kesopanan. Laptop bisa jadi merupakan salah satu barang yang jarang mereka temui dan sudah pasti memancing rasa ingin tahu yang besar. Ketika mereka saya beri kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan laptop, Sungguh saya terharu dengan sikap yang mereka tunjukkan, mereka antri satu per satu ketika hendak menulis nama di laptop, tidak ada dorong-dorongan ataupun rebut-rebutan. Tertib dan saling mengingatkan temannya. Bahkan ketika selesai, salah satu dari mereka memeriksa kembali apakah semua nama teman-temannya sudah tertulis pada layar laptop. Begitu juga ketika mereka bermain dengan Kartu AR 4D, mereka menjaga kesantunan dalam rasa ingin tahu yang besar.


Photo credit : Juaini

“Sebagai Relawan Pengajar, sebenarnya saya lah yang banyak Belajar. Potret lain pendidikan di Gili Beleq menginspirasi saya untuk lebih bersyukur dan lebih semangat untuk berbagi, karena kalau bukan di mulai dari diri saya sendiri, lalu pada siapa? Bukan mengenai sebanyak apa yang saya miliki, tetapi sebanyak apa saya bisa berbagi dan terus memberi manfaat?”

Untuk adik-adik di Gili Re-Gili Beleq, Suatu saat Selat yang kalian sebrangi akan menjadi saksi semangat kalian mencapai impian kalian. Menjadi apapun kalian nantinya, jadilah pribadi yang baik lagi membaikkan.


Photo credit : Gogon

Dibalik Layar

Sesungguhnya hari itu kami tak sendiri mengabadikan momen indah di Kelas Inpirasi Lombok 3 untuk Gili Beleq dan Gili Re. Bersama para team dokumentator, kami mengabadikan semua momen indah itu. Mungkin tak banyak yang mereka dapat ungkapkan lewat kata, tetapi foto dan video mereka bercerita lebih dari sebuah kata-kata, bahwa anak-anak Gili Beleq dan Gili Re adalah bagian dari anak Indonesia yang masih membutuhkan uluran tangan kita untuk memberikan dunia pendidikan yang lebih layak untuk anak-anak ini!




Photographer - Videographer - Fasilitator Kelas Inspirasi Lombok 3 #7Gili

Siti Syifa'un Nufus
Rahel Siburian
Helsha Zania
Ollies Rope
Olyvia Heranggi Kristy

Juani Pratama
Nova Tri M
Arai Saputra Bakti

Riza Harlina
Fathul Rakhman

All photos credit & video are copy rights by 
©Siti Syifa'un Nufus 2016
©Oyie R Inkiriwang 2016       
©Olyvia Heranggi Kristy 2016
©Juani Pratama 2016    
©Nova Tri M 2016    
©Risanti Saidi 2016
©Fathul Rakhman 2016
©Arai Saputra Bakti